Salam Kopi Johny! Melihat Tim Kreatif Bekerja

Salam Kopi Johny! Melihat Tim Kreatif Bekerja
Diki Umbara

Pagi itu Jakarta gerimis, namun karena hari Minggu jalanan dari daerah Kebon Sirih menuju Kelapa Gading pun tidak memakan waktu lama, suatu hal di luar kebiasaan jalanan ibukota. Nurul Halimah bergegas keluar dari mobil, di Jalan Kelapa Kopyor ia menemui salah seorang pengacara ternama di negeri ini.

imah

Kedatangan Nurul Halimah disadari oleh Hotman Paris Hutapea yang rupanya telah tiba lebih dulu. Kali ini yang menemui Hotman lebih dari 20 orang, setidaknya itu yang tertera di buku catatan yang berada di atas meja dimana Hotman siap melayani keluh kesah orang yang sengaja datang ke Kopi Johny.

Tapi Ndut, begitu Hotman memanggil Nurul Halimah, bukanlah tamu biasa, ia tidak ada di list orang-orang yang akan curhat perihal permasalahan hukum. O ya Ndut itu bukan body shaming, ini adalah panggilan spesial Hotman pada Nurul. Perempuan berhijab ini merupakan tim kreatif untuk acara Hotman Paris Show, sebuah acara talkshow yang dipandu Hotman Paris di salah satu stasiun televisi.

Kopi Johny Masuk TV

Yang dilakukan Halimah merupakan satu di antara sekian banyak apa yang mesti dikerjakan oleh seorang yang tergabung di tim kreatif televisi. Imah begitu ia biasanya dipanggil, sedang melakukan dua hal sekaligus. Di Kopi Johny ia sedang mencari narasumber yang nantinya akan diundang ke acara Hotman Paris Show. Talent yang dimaksud adalah orang yang memiliki kasus hukum tertentu yang nantinya akan diundang untuk hadir saat shooting di segment SKJ alias Salam Kopi Johny. Ini merupakan salah satu segment di acara HPS (Hotman Paris Show) dimana narsumber akan mengungkapkan kasusnya di studio saat shooting.

Mencari narsumber dari sekian banyak orang yang mengadu pada Hotman di Kedai Bapau dan Kopi Johny bukan perkara mudah. Imah menyimak kasus demi kasus yang diungkap orang-orang yang antri tadi, lantas memilah mana di antara kasus tersebut yang paling menarik. Ada banyak kasus yang diungkap pada Hotman dari masalah hutang piutang, sengketa tanah, asmara, hingga kasus kriminal yang rumit .

Tidak sampai di situ, sebab Imah mesti melihat juga apakah yang memiliki kasus tersebut memiliki kemampuan komunikasi yang baik atau tidak. Sebab walau bagaimana pun tentu ini penting, sebab narasumber yang talkactive akan lebih menarik di televisi.

Di kesempatan lain Sigit Saputro, produser acara HPS juga melakukan apa yang Imah kerjakan. Sigit yang pernah menjadi tim kreatif di Fremantle Media ini memilih narsumber yang curhat pada Hotman di Kopi Johny tentang kasus pembunuhan ibunya. Dua orang kakak beradik datang jauh dari Medan mengungkapkan bahwa pembunuh ibunya belum juga terungkap padahal sudah berlangsung 4 tahun lalu. Sigit melihat bahwa calon narasumbernya memiliki cerita yang kuat. Benar saja, saat shooting HPS dan kedua orang tersebut dihadirkan di SKJ Hotman Paris Show, segment ini pecah.

Ya seorang yang tergabung di tim kreatif, ia mesti memiliki insting yang kuat sehingga ia bisa menemukan narasumber yang pas untuk mengisi acara.

Riset adalah Segalanya

Di sebuah ruangan yang dengan suhu 18 derajat celcius, Nurul Halimah bercengkerama dengan Ririn Zulaikha rekannya sesama kreatif untuk membahas tema. Entah apa yang mereka diskusikan hingga akhirnya Imah pun menelpon Hotman Paris  untuk menjelaskan perihal tema serta bintang tamu yang akan dihadirkan untuk shooting. Nampak lumayan alot, barangkali kreatif dan host acara talkshow tersebut sedang mencari titik temu. Penjelasan kreatif pada host sebelum shooting ini tentu saja penting agar saat briefing nantinya lebih mudah.

Salah satu tugas penting seseorang yang tergabung di tim kreatif adalah riset. Apapun jenis program acara televisi bahwa riset itu hal paling penting apalagi genre talkshow tentu saja. Karena itulah, baik sebelum mendapatkan narasumber atau bintang tamu maupun setelah bintang tamu itu ditentukan dan didapat maka tim kreatif melakukan riset.

Hasil riset ini kelak akan berguna, untuk membuat naskah serta pertanyaan kepada narasumber. Hasil riset juga bisa diberikan kepada pembawa acara agar sebelum melakukan wawancara, ia sudah memiliki pengetahuan terlebih dulu. Data yang telah didapat dari riset diolah sedemikian rupa sehingga outputnya akan menjadi naskah untuk VT (Video Tape) yakni materi yang akan ditayakan saat talkshow serta menjadi bahanpertanyaan yang disusun menjadi question list.

Kreatif dan Komunikasi

Komunikasi merupakan hal penting lainnya yang mesti dimiliki oleh seorang tim kreatif, sebab ia akan berkomunikasi dengan orang lain dalam menyampaikan gagasannya. Apa yang telah dikonsep serta ditulis oleh tim kreatif selanjutnya mesti disampaikan dengan baik pada orang yang akan mengeksekusi yakni program director dam timnya serta komunikasi dengan pengisi acara, baik host maupun bintang tamu.

Tim kreatif mesti melakukan briefing sehingga skrip dan rundown dipahami oleh pembawa acara. Sebaik apapun ide serta gagasan yang tertuang dalam naskah maupun rundown, akan menjadi sia-sia ketika ia tidak tersampaikan dengan baik pada pengisi acara. Karena itulah tim kreatif mesti memiliki kemampuan komunikasi yang baik juga agar pesan ditangkap oleh komunikan. Ya salah satu syarat menjadi tim kreatif ia mesti menjadi komunikator yang baik pula.

Komunikasi juga diperlukan oleh tim kreatif untuk menyampaikan gagsannya pada kru yang lain. Kreatif akan melakukan briefing yang mesti dipahami oleh pengarah acara serta pengarah lapangan. Rundown yang telah disusun mungkin saja berubah saat shooting menjelang, namun demikian rundown mesti telah disusun secara baik pula sebab itu akan menjadi acuan kru dan pengisi acara.

Menulis untuk Mata

Di depan sebuah PC Nurul Halimah tampak sedang menulis script yang nantinya dibacakan oleh host dan co host. Pertanyaan ia susun sedemikian rupa mulai segment pertama hingga segment terakhir. Imah juga membuat kalimat pembuka untuk host yang ia tulis, kadang setelah daftar pertanyaan selesai atau malah ia tulis dari awal sebelum daftar pertanyaan semua ia tulis.

Tidak ada tim kreatif yang tidak bisa menulis. Inilah kemampuan tim kreatif yang hukumnya paling wajib. Menulis yang bukan melulu urusan teknis tapi bagaimana ide dituangkan agar nantinya bisa dilihat dan dinikmati penonton. Menulis naskah televisi, baik itu narasi, dialog, bahkan daftar pertanyaan, ia harus memperhatikan bagaimana nantinya bisa menghasilkan tontonan yang baik, informatif atau setidaknya menghibur. Jika tidak mendapatkan salah satunya, maka dipastikan naskah yang dibuat memang buruk adanya.

Menulis sejatinya bukan untuk diri sendiri tapi untuk orang lain atau audiens dalam hal ini. Karena itulah setelah atau sebelum menulis posisikan diri sebagai orang lain, orang yang kelak menyaksikan acara dari naskah yang kita tulis.

Paska Produksi

Menjelang siang sepulang dari Kopi Johny, rupanya Nurul Halimah tidak langsung pulang ke rumah, tidak pula pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan wanita padahal saat itu hari Minggu. Imah kembali ke kantor, ia menuju ruang editing. Materi hasil shooting di studio sebelumnya itu sudah masuk mesin editing mesti ia potong. Sebagai kreatif, Imah melakukan rough cut, yakni memotong bagian yang tidak perlu.

Sebagai tim kreatif sebetulnya tidak wajib bisa menggunakan software editing, namun Imah seperti halnya tim kreatif lain, ia bisa menggunakan piranti lunak penyunting gambar. Ndut…eh Imah, memastikan bahwa durasi bisa presisi sesuai ketentuan materi tayang.

Tidak sekadar memotong, Imah pun melakukan marking atau tanda di timeline editing sebagai catatan untuk editor. Dengan demikian editor hanya mengerjakan fine cut alias merapikan saja. Enaknya jadi editor ya. Padahal sejatinya rought cut juga dilakukan oleh penyunting gambar atau editor bukan oleh tim kreatif.

Ide Tidak Ada Batasnya Tapi…

Idea is unlimited, sebuah adagium yang sepertinya sederhana tapi tak boleh dipahami mentah oleh tim kreatif. Betul bahwa ide dan kreatifitas memang tidak ada batasnya. Fakta dan angan-angan bisa ditulis sedemikian rupa oleh tim kreatif. Tapi yang paling penting adalah apakah ide tersebut bisa diwujudkan?

Karena itulah dibutuhkan brainstorming, agar ide tadi bisa dieksusi sesuai keinginan tim kreatif. Dengan demikian tim kreatif akan membahas gagasannya dengan produser serta tim. Hal yang paling simpel misalnya ketika ada ide dari kreatif yang memerlukan property tertentu.

Genre atau jenis acara televisi nyatanya akan memiliki treatment yang berbeda dari sisi kreatif. Variety show tentu akan beda misalnya dengan game show atau acara talent search. Pun demikian misalnya dengan acara yang memang murni dibuat sendiri atau adaptasi dari acara luar. Program televisi yang diadaptasi dan membayar royalty atas hal itu sebagai contoh, biasanya sudah ada production’s bible atau production’s book yang menjadi panduan untuk tim kreatif. Rule dalam sebuah game show misalnya apakah bisa diubah atau benar-benar copy cat dan adaptasi tanpa mengubah hal esensial di dalamnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.45 dan pekerjaan Imah sudah selesai. Briefing pada Hotman Paris malam ini memang tidak sampai benar-benar selesai. Nampaknya Nurul Halimah lebih nyaman menjelaskan langsung secara tatap muka ketimbang lewat telpon.

Nurul Halimah pun akhirnya pulang, sebab shooting akan dilakukan besok siang. Begitulah tim kreatif bekerja, ia mesti bisa mengatur waktu untuk dirinya sendiri. Tapi Imah yang sebelumnya bekerja sebagai tim kreatif di Metro TV kini nampak lebih happy. Bisa jadi passion sebagai tim kreatif justru ia rasakan kini di stasiun televisi dekat statsiun kereta Gondangdia.

 

Setelah membaca ulang artikel ini nyatanya masih banyak hal yang belum dipaparkan tentang tanggung jawab apa saja yang mesti dilakukan oleh tim kreatif. Barangkali memang mesti melihat bagaimana Nurul Halimah bekerja jauh lebih lama, bukan hanya sehari saja. Jika begitu, anggap saja ini part 1 dari beberapa part perihal bagaimana tim kreatif bekerja.

 

 

Associate Producer atau Assistant Producer, Dia Harus Bisa Apa?

Associate Producer atau Assistant Producer, Dia Harus Bisa Apa?
Diki Umbara

Dalam sebuah situs kolaborasi media, seseorang sedang mencari profesional untuk sebuah pekerjaan. Pada situs berbahasa Inggris tersebut tercantum deskripsi yang diperlukan, tidak terlampau panjang namun cukup jelas apa yang dia inginkan dan apa yang akan didapat oleh yang hendak diajak bekerja tersebut.

49554401_374070306702414_4158380535049083952_n

I’m hiring an AP whose role will be 75% Production Coordinator and 25% shooting/editing.

The role is a rolling 3o-day contract position. It’ll pay between $4k and $4,500 per month based on experience. Looking for someone with about 2 years production experience.

AP di atas maskudnya singkatan dari Associate Producer, sebuah profesi dalam produksi program acara televisi dan film. Nah artikel ini hendak menjelaskan apa sih sebetulnya Associate Producer itu. Kemampuan apa saja yang mesti ia miliki sehingga perusahaan atau personal akan menggunakan jasa dari orang yang dimaksud.

Associate Producer kerap kali memiliki latar belakang yang berbeda, Vino G. Bastian misalnya ia menjadi Associate Producer untuk film Tabula Rasa, Vino sendiri dikenal sebagai aktor yang biasa di depan layar. Di televisi atau production house seorang Associate Producer biasanya ia pernah menjadi Production Assistant. Perihal Production Assistant sudah saya tulis sebelumnya. Namun demikian AP juga bisa berasal dari seorang yang sebelumnya tergabung di Tim Kreatif. Tapi yang jelas, dia biasanya merupakan orang yang pernah bekerja di bidang audio visual.

Associate Producer sebetulnya tidak hanya ada di dunia televisi dan film, sebab profesi ini juga ada di industri game, yakni Game Associate Producer (GAP). Tapi kali ini bahasan akan saya persempit pada Associate Producer yang bekerja di stasiun televisi dan rumah produksi.

Responsibility

Associate Producer, ia tidak bertanggungjawab kepada Producer. Nah karena itulah ini yang menjadikan perbedaan antara Assistant Producer dengan Associate Producer, walaupun di beberapa tempat dianggap sama. Bagi Associate Producer maka Produser merupakan rekan kerja, sebab itulah kemampuan Associate Producer sebetulnya hampir sama dengan Produser.

Namanya Andika Hutama, saat ini bertangungjawab untuk Pagi-Pagi Pasti Happy. Dika adalah Associate Producer di Trans TV. Acara stripping tiap pagi ini tidak memiliki Producer, Dika bercerita jika ia ditunjuk untuk menangani acara tersebut. Atasannya menilai jika ia mampu memimpin sebuah acara layaknya seorang produser. Dika bekerja dibantu oleh 4 orang Production Assistant dan 4 orang Kreatif. Dika bekerja sebagai Associate Producer tanpa producer. Ia bertanggung jawab langsung pada Executive Producer.

Dari sini bisa dilihat bahwa memang Associate Producer di televisi utamanya, dalam keadaan tertentu mesti bisa melakukan apa yang produser lakukan. Lantas kepada siapa Associate Producer bertanggungjawab? Seorang AP biasanya bekerja atas arahan Executive Producer, dan bagi AP seorang produser adalah mitra. Di beberapa tempat walau jarang, seorang Associate Producer disebut juga sebagai Co-Producer. Hal ini merujuk pada mitra sutradara yakni Co-Director.

Atau dalam dunia penerbangan dikenal sebagai Co-Pilot, yang jam terbang memang masih di bawah Pilot namun seorang Co Pilot mesi bisa menerbanggkan pesawat, bahkan ketika seorang Pilot memiliki masalah sekalipun.

Akmal Rio Ramadhan, Associate Producer di salah satu stasiun televisi MNC Group, dalam satu kesempatan mesti menggantikan sang produser dikarenakan sakit. Rio, begitu ia biasanya dipanggil, menjalankan semua hal yang sebelumnya dilakukan produser mulai dari pra produksi, produksi, hingga paska produksi.

Kualifikasi

Lantas kemampuan apa saja yang mesti dimiliki seorang Associate Producer? Kualifikasi apa sehingga ia layak mendapatkan posisi tersebut. Apakah seorang Associate Producer bekerja seperti halnya Production Assistant yang bekerja siang malam nyaris tanpa jeda?

Kabar baiknya, seorang AP bekerja tidak separah PA. Tapi bukan berarti lebih enteng juga, sebab AP memiliki tanggungjawab lain yang tidak dilakukan oleh PA. Pada dunia profesi, Associate Producer masih termasuk entry-level management. Namun demikian sesungguhnya dalam manajemen produksi film dan televisi, seorang bisa menjadi AP merupakan kebanggaan. Sebab dari AP hanya satu step lagi ia akan menjadi producer. Walau demikian di luar sana, ada AP merupakan profesi khusus bukan jenjang menuju produser, karena itulah misalnya di Amerika para Associate Producer tergabung dalam Asosiasi Profesi.

Nah inilah kualifikasi seseorang sehingga layak menjadi seorang AP:

Di beberapa stasiun televisi jabatan Associate Producer disebut sebagai Perancang Acara Madya. Hal tersebut merujuk pada istilah produser yang disebut sebagai Perancang Acara. Perancang Acara merupakan padanan Bahasa Indonesia paling tepat untuk produser televisi. Nah untuk bisa menjadi Associate Producer maka ia mesti memiliki kualifikasi sebagai persyaratan bahwa seseorang itu layak atau tidak.

Komunikasi verbal dan tertulis merupakan kemampuan utama yang mesti dimiliki, karena seorang Perancang Acara Madya akan berhubungan dengan banyak orang dimana komunikasi verbal serta tertulis merupakan syarat mutlak. Komunikasi lisan dan tulisan kerap dilakukan oleh AP untuk berkoordinasi hingga lintas departeman.

Karena salah satu tugasnya berkoordinasi tadi maka kerja seorang AP mesti teroganisir serta mampu memperhatikan hal sangat detail. Kualifikasi lain yang mesti dimiliki seorang AP adalah ia mesti seorang yang pemikir dan analitis, mampu menangani tugas teknis serta paham betul kompenen visual.

Selain bekerja kolaborasi dengan tim, AP juga harus memiliki kemampuan bekerja secara mandiri serta pandai dalam mengambil inisiatif. Ia mesti mampu menentukan skala prioritas, mencapai tujuan, dan yang paling penting lagi bisa memenuhi tenggat waktu.

Vivi Febrianti seorang Perancang Program Madya di salah satu stasiun swasta di daerah bilangan Kebon Sirih misalnya ia tahu betul bagaimana menyelesaikan pekerjaan yang setumpuk berdasar prioritas. Vivi menerjemahkan keinginan apa yang dirancang oleh tim kreatif sehingga bisa dieksekusi dengan baik, kalau perlu dengan gaya cerwetnya yang khas itu.

Associate Producer dalam produksi acara televisi nyatanya agak berbeda dengan Associate Producer untuk produksi film. Vino G. Bastian, ia mesti turut mencari sponsor serta ikut pitching sebelum film akan diproduksi serta ikut terlibat dalam strategi promosi film yang sudah picture lock dan siap ditayangkan agar ditonton banyak orang. Namun hal serupa juga dilakukan oleh Vivi, ia mesti membuat promo program televisinya di sosial media, sebab nyatanya promo on air saja tidak cukup.

Terakhir dalam tulisan ini saya hendak memberitahu, apa jenjang karir selanjutnya seseorang setelah menjadi Associate Producer? Jawabannya tak ada. Loh kok bisa begitu? Bukankah setelah menjadi Associate Producer ia akan naik menjadi Producer? Tidak demikian. Sebab nyatanya Associate Producer itu seperti Second Line Director yang bukan merupakan jenjang karir sebelum ia menjadi Director. Dengan demikian ketika Associate Producer menjadi Producer, sesungguhnya itu lebih dari jenjang karir. Lompatan seperti itu bisa disebut sebagai hijrah, sebab nyatanya ia akan memiliki responsibility yang berbeda.

Di luar sana, Associate Producer memiliki organisasi atau asosiasi dimana para Associate Producer bergabung. Pun demikian dengan profesi lainnya dimana mereka memiliki asosiasi profesi tertentu. Lantas apakah bisa dari Associate Producer menjadi seorang Producer? Tentu saja bisa namun itu berarti dia telah “pindah” dari satu profesi ke profesi lainnya yang terkesan mirip namun sejatinya bukan jenjang karir. Silang sengkarut ini kerap terlihat di banyak stasiun televisi di Indonesia, sebab itulah misalnya ada produser yang posisinya ia raih dengan instan. Ia tidak pandai menulis serta kurang memahami konten, padahal konten itu sangat penting. Pun juga kebalikannya, produser tidak boleh konsen pada konten semata, sementara hal teknis tidak dikuasai.

Pada akhirnya tulisan ini hendak menyampaikan pesan, bahwa pahami segala sesuatu secara menyeluruh jangan parsial agar saat kita menjalani profesi tertentu tahu persis bahwa kita memang layak secara kualifikasi hingga bisa menjalankan responsibility dengan baik pula.

Kelak dalam satu kesempatan saya akan menuliskan perihal bagaimana jenjang karir di televisi. Misalnya ada seorang General Manager Produksi yang dulunya meniti karir dari tim kreatif. Tapi lagi-lagi, tentu saja raihan yang ia capai tidak serta merta dalam waktu pendek. Nah detailnya nanti saja.

Mau Capek Kerja di TV atau PH? Jadi Production Assistant Saja

Mau Capek Kerja di TV atau PH? Jadi Production Assistant Saja
Diki Umbara

Kalau kamu ke stasiun televisi atau ke sebuah production house, lihatlah orang yang paling sibuk. Coba perhatikan saja. Maka kemungkinan yang paling sibuk itu adalah seorang PA (dibaca: pi e) alias Production Assistant. Entah bagaimana mulanya di dunia pertelevisian Indonesia ini sehingga begitu banyak beban yang dilimpahkan kepada seorang Production Assistant.

Di sebuah stasiun televisi malah ada yang berseloroh jika PA itu singkatan dari Pembantu Acara, ya dialah yang membantu berbagai kebutuhan untuk berlangsungnya sebuah acara. PA juga kerap bekerja seperti Personal Assistant, ia melayani kru lain dalam menyelesaikan tugasnya. Waduh segitunya ya? Nah tulisan ini akan membahas perihal apa yang dilakukan oleh seorang Pembantu Acara eh Production Assistant.

WhatsApp Image 2019-02-18 at 20.00.01

Namanya Yulinar di hari Minggu mestinya ia jalan sama Dewo pacarnya. Hanya saja hal itu tidak ia lakukan. Enang, begitu ia biasanya dipanggil, kini berada di booth editing sebuah stasiun televisi. Ia sedang memeriksa “marking” yang dibuat oleh tim kreatif. Enang mencatat apa yang ditulis pada marking sebuah timeline editing terkait kebutuhan materi insert untuk sebuah episode variety show.

Itulah Enang, seorang Production Assistant yang sedang menjalankan salah satu dari puluhan tugasnya. Puluhan? Ya begitulah seorang PA, ia memiliki paling banyak job desrcription. Seorang PA akan terlibat dalam sebuah acara dari mulai pra pro duksi, produksi, paska produksi, bahkan ketika sebuah acara telah tayang sekalipun.

Lantas apa saja sebetulnya yang menjadi tanggung jawab seorang PA? Bisa jadi masing-masing production house atau stasiun televisi memberikan tugas yang berbeda pada PA, hanya saja inilah yang umum mereka kerjakan.

Koordinasi

Inilah hal utama yang mesti dilakukan seorang PA. Ia mesti mampu berkoordinasi dengan banyak orang, hampir semua lini akan bersentuhan dengan PA. Atas arahan produser, PA akan berkoordinasi dengan kru lain dari mulai pra produksi. Ia menyiapkan agenda meeting reguler maupun konfidensial untuk sebuah program. Pada saat produski PA akan melakukan crew call sehingga crew bisa tepat waktu hadir saat shooting. Sedangkan pada paska produksi, PA akan berkoordinasi dengan editor serta tim kreatif.

Karena koordinasi dalam sebuah produksi itu sangat penting, maka kemampuan berkomunikasi seorang PA merupakan hal yang mesti dimiliki. Ya, seorang PA mesti pandai berkomunikasi untuk kelancaran koordinasi dari pra hingga paska produksi, hingga lintas departemen.

Karena itulah seorang PA kerap akan membawa catatan sebagai reminder untuk melakukan apa yang telah ia tulis atau menuliskan apa yang telah ia lakukan.

Manajemen Waktu

Siapa yang mengatur waktu seorang Production Assistant dalam bekerja? Tidak ada. Ialah yang mesti pandai mengatur sendiri. PA tidak bekerja office hour, tidak pula ia bekerja 8 jam dalam satu hari. Seorang PA bisa bekerja lebih dari 12 jam. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Beberapa program televisi dibuat membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Satu-satunya yang membatasi adalah deadline atau tenggat waktu. Itulah yang menyebabkan seorang PA bisa bekerja seolah tidak mengenal waktu. Maka manajemen waktulah menjadi kuncinya. Bagaimana misalnya agar pekerjaan tidak menumpuk. Timeline dan working schedule mesti menjadi acuan seorang PA sehingga pekejaan bisa selesai tepat pada waktunya.

Dari Pra Produksi hingga Selesai Tayang

Seperti di industri lain pada industri media tentu memiliki karyawan dengan jobdesc spesifik masing-masing. Ia biasanya akan bertanggung jawab pada tugas dan waktu tertentu. Ada yang hanya bekerja pra produksi,ada pula yang bekerja saat produksi dan paska produksi saja. Namun tidak demikian dengan Production Assitant.

Yulinar, sudah mulai bekerja pada saat pra produksi dari mulai menghadiri meeting persiapan produksi hingga mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk saatnya produksi nanti. Saat pra produksi, berbagai keperluan dilist sedemikian rupa agar tidak ada yang telewat.

Dalam meeting pra produksi produser akan memaparkan breakdown program. Nah dari breakdown inilah berbagai kebutuhan akan nampak. Dari sinilah PA mencatat dan kemudian berkoordinasi dengan departemen lainnya untuk memenuhi keperluan tersebut. Di antara kebutuhan yang dimaksud di antaranya equipment shooting.

PA akan mencatat equipment apa saja yang diperlukan saat shooting. Setelah itu ia akan order equipment yang dimaksud, lantas apakah peralatan tersebut tersedia di tempat sendiri atau mesti sewa. Deany Maryana Purba, seorang Asisten Produser yang pernah menjadi Production Assistant mengatakan bahwa pemesanan equipment di televisi yang dikomandoi Wisnutama untuk pemesanan equipment seorang PA tidak bisa order dadakan, ia mesti jauh-jauh hari melakukan pemesanan. Hal tersebut tentu saja wajar sebab stasiun televisi memliki keterbatasan dalam aset.

Beberapa televisi atau PH bisa jadi memiliki prosedur yang berbeda, nah prosedur itulah yang mesti dipahami oleh seorang PA. Bagaimana meminjam equiment, mengurus wardrobe, property, hingga hal kecil semisal ATK. Prosedur tersebut kadang bikin melelahkan seorang PA. Jika saja koordinasi tidak baik maka bisa berantakanlah sebuah acara.

Lantas apa yang dilakukan seorang PA saat produksi? Ada beberapa hal berbeda yang dilakukan PA saat produksi, salah satunya tergantung dari jenis atau tipe acaranya itu sendiri. Sebab kebutuhan untuk shooting di studio berbeda dengan di luar studio. Apakah di studio atau di luar PA bisa lebih santai? Tidak keduanya karena baik di studio maupun di luar tugas PA telah menanti. Saat shooting di luar, PA akan memenuhi keperluan yang berkaitan dengan logistik hingga keperluan konsumsi kru. Kok seperti Pembantu Umum ya? Ya keculia sinetron, dalam produksi non studio PA juga mesti mengurusi urusan perut kru. PA tahu betul jam berapa dan kapan kru mesti istirhat makan.

Apa yang terjadi di lokasi shooting pun dicatat oleh PA misalnya untuk keperluan di paska produksi nantinya. Ia mesti menyiapkan media penyimpanan dari saat mulai shooting hingga shooting berakhir. Selapas shooting selesai pun PA masih mesti bekerja, misalnya mengecek semua equipment yang telah digunakan tadi sebab mesti dikembalikan ke departemen logistik atau ke pihak rental jika equipment tersebut mesti disewa.

Capek selepas shooting, sang PA pun tidak bisa berleha-leha sebab pekerjaan berikutnya menanti. Yakni mempersiapkan materi hasil shooting tadii untuk keperluan editing. PA sudah mulai bekerja di paska produksi bahkan sebelum editor bekerja. PA akan melakukan ingest atau memasukan materi shooting ke storage yang di editing. Tidak sekadar ingest sebab materi mesti dikelompokkan per segmen atau per scene. Proses grouping ini untuk memudahkan kelak saat editor akan melakukan penyuntingan gambar.

Selesai sampai di situ? Ternyata tidak sebab PA masih berkoordinasi dengan editor, kreatif, serta produser. PA harus mempersiapkan materi yang telah diedit tersebut untuk dipreview oleh produser dan eksekutif produser. PA dan kreatif akan mencatat hal apa saja yang mesti direvisi yang kemudian ia akan kembali ke booth editing.

Kelar? Ternyata belum sebab setelah selesai maka materi master edit yang siap tayang akan dikirim ke bagian Quality Control atau QC. Banyak televisi yang sudah terkoneksi antara editing dengan QC dan MCR namun ada pula yang masih konvensional. Jadi file master edit tadi dikirim ke QC dengan melampirkan form timecode (timecode ini diperlukan untuk MCR untuk mengisi jeda waktu dan lainnya).

Nah nyatanya tidak semua materi hasil editing langsung lolos QC. Maka jika ada revisi, PA akan kembakli ke editor untuk memperbaiki materi tadi. Lantas ia kembalikan kembali ke QC hingga benar-benar lolos QC dan siap ditayangkan.

Jika telah tayang maka semua kru tentu senang. Tapi lagi-lagi, PA ternyata masih saja harus bekerja walau acara telah ditayangkan sekalipun. Ada kalanya sponsor acara menginginkan copy tayang, maka PA akan meminta copy tayang pada bagian library. Kemudian PA akan mengirimkan copy tayang tersebut kepada sponsor atau klien.

Wah…beres dong pekerjaan Production Assistant? Tunggu dulu, ya untuk episode kali ini memang sudah beres namun pekerjaan lain telah menunggu. PA akan menyiapkan kebutuhan shooting episode berikutnya. Terus ia akan melakukan itu hingga ia kerap lupa waktu.

Yulinar Supriyaningsih seorang PA yang diceritakan di awal tulisan ini ia bahkan melakukan lebih dari apa yang ada di artikel ini. Kali ini ia masih sehat-sehat saja, bukan hal mustahil kelak karena hecticnya pekerjaan ia akan giliran kena thypus seperti produsernya.

O ya bekerja karena passion terntu saja menyenangkan. Kabar baiknya, PA memiliki jenjang karir. Setelah menjadi Senior PA, ia biasanya akan menjadi Asisten Produser. Ketika secara ia ternyata memiliki kemampuan lain selain teknis yakni konten misalnya, maka Asisten Produser berikutnya akan naik jabatan lagi menjadi Produser.

Tapi tak ada jenjang karir yang instan. Di stasiun televisi daerah Mampang Jakarta Selatan misalnya, seorang PA bisa menjadi Asisten Produser setelah masa waktu 5 tahun. Tentu bisa lebih cepat lagi, tergantung dari kemampuan dan penilaian atasannya dan mungkin perihal hoki. Tapi jangan pernah percaya yang terakhir.

Rumitnya Broadcast Automation, Sederhananya Ia Bekerja

Rumitnya Broadcast Automation, Sederhananya Ia Bekerja
Diki Umbara

Mulanya televisi dan radio beroperasi secara manual dimana audio dan video disimpan dalam tape, lalu tape itulah yang kemudian diputar. Ketika teknologi komputer ada, cara konvensional memutar tape itu masih berlangsung lama. Seiring dengan perkembangan teknologi lainnya, maka saat ini ara konvensional mulai ditinggalkan atau setidaknya dikurangi. Broadcast Automation menjadi solusi bagaimana radio dan televisi yang kini beroperasi selama 24 jam non stop. Dan manusia tidak mesti selama itu pula mengontrolnya, itulah kenapa broadcast automation dibuat.

Dalam radio atau bahkan televisi, maka iklan, jingle, musik, bisa disusun sedemikian rupa dalam playlist yang jika telah tersusu rapi maka automationlah yang bekerja. Mulanya sesederhana itu prinsip kerja broadcast automation, namun kini beberapa software auotomation teleh disempurnakan sehingga kebutuhan yang diakomidir tidak hanya itu saja.

Sistem modern saat ini semua material disimpan dalam hardisk, berbagai jenis file musik, video, atau keduanya tersimpan dalam bentuk kompresi yang ukurannya bisa disesuaikan. Dengan digital automation maka penjadwalan bisa dilakukan dimana file yang dimaksud bisa diretrieve dengan waktu yang presisi.

Pada siaran televisi, playout automation memudahkan segalanya. Penyimpanan material dalam video server kini menggunakan teknologi 9-Pin Protocol dan Video Disk Control Protocol (VDCP). Inilah beberapa penunjang untuk managemen library video dan pengarsipan yang diperlukan televisi.

Broadcast Automation saat ini merupakan integrasi dari playout, ingest, penjadwalan. Dan semua ini terkoneksi di sebuah master control room televisi. Dengan automation yang terintegrasi ini tidak diperlukan lagi banyak orang, bahkan beberapa kanal televisi hanya memerlukan satu orang saja yang bertugas untuk mengoperasikan automation. Apalagi misalnya kanal televisi yang hanya memutar acara saja tanpa ada siaran langsung baik di studio maupun dari lapangan.digital studio

gamar: digitastudiome

Automation Workflow

Jalaur automation akan nampak rumit, namun justru ialah yang sesungguhnya mengurai kerumitan itu sehingga menjadi logika skema yang sederhana. Ialah yang mengatur jalur mulai dari source tayangan hingga material tersebut akhirnya bisa diterima oleh audiens.

Secara sederhana workflow automation akan terbagi atas tiga hal, yakni content creation, content management, dan content delevery. Content creation merupakan material yang nantinya dikirim pada content management. Content creation ini juga terbagi atas beberapa sumber yakni base ingest, file ingest, serta NLE Production Area.

Sedangkan pada content management akan terbagi atas scheduling and traffic, archieving and MAM, dan news room and live production. Sedangkan pada content delivery terdiri atas Master CR dan Production CR yang itu semua berujung pada berbagai playout.

Jika tidak dirunut maka skema seolah merupakan silang sengkarut, namun ia sesungguhnya memudahkan kita dalam bekerja secara sitematis dari hulu hingga hilir.

Content Creation

Material utama tayangan dimulai dari hulu bisa dibuat dengan berbagai cara. Pada base-band ingest materi didapat dari kamera, VTR, serta satelit yang kemudian melalui A/V router ia akan masuk pada media recorder yang diingest melalui VTR atau feeding. Cara lainnya dengan file ingest, file diingest melalui P2 atau XDCAM, bisa pula melalui FTP. Dan terakhir konten dibuat melalui non linear editing (NLE).

Nah dari ketiga cara inilah selanjutnya content creation terhubung pada content management mallui proxy. Daftar yang akan diingest kemudian dimasukan ke dalam sistem content management.

Content Management

File audio, video, atau keduanya bisa dikelola sedemikian rupa sehingga file yang semula dari content creation tersebut akhirnya bisa terdistribusikan. Melalui ingest list (daftar file yang telah diiput) file tersebut disusun untuk keperluan schedulling dan traffic yang di dalamnya mencakup semua program, iklan, yang nantinya akan bermuara pada laporan billing di content delivery.

Selain schedulling dan traffic pada content managemen ini juga ada library yang berfungsi sebagai pengarsipan dimana data video dan audio tadi bias diretrieve kapan saja. Sederhanya file dari content creation diterima melalui proxy generatorlantas dimasukan ke dalam pengarsipan yang selanjutnya bisa ditranscode untuk dikirim ke content delivery.

Pada content management yang tidak kalah penting tentu saja playlist untuk kebutuhan newsroom dan live production. Sebuah fasilitas yang simpel namun bermanfaat ada di dalamnya yakni aplikasi untuk pembuatan rundown.

Content Delivery

Inilah muara dari semua proses broadcasting televisi yang diakomodir melalui automation. Dari scheduling dan traffic yang dihasilkan oleh content management tadi akan memiliki output berupa billing untuk keperluan sales marketing serta akunting.

Dari newsroom maupun production live pada content management, akan muncul rundown yang telah dibuat tadi serta naskah yang pada akhirnya bisa ditampilkan ke dalam prompter yang kemudian bisa dibaca oleh pembawa acara.

Yang paling banyak bermuara dari content management menuju content delivery adalah archieving, dimana materi audio visual yang berbentuk file tadi masuk ke MCR melalui Play Out utama beserta backupnya. Dari sanalahlah berbagai output ada mulai dari 4K, SDI, serta IP yang kemudian ditansmisikan baik salah satu atau bersamaan. Maka, siaran televisi bisa diterima melalui beragam platform, melalui website, terseterial, maupun satelit.

Begitulah automation, ia benar-benar mengatur dari hulu hingga hilir sehingga jalur yang rumit disederhanakan. Oleh karena itulah saat ini banyak kanal televisi yang bisa dioperasikan oleh sedikit orang saja.

Bagaimana Agar Video Kita Tidak Dicuri?

Bagaimana jika video yang kita buat ternyata dimanfaatkan oleh orang lain tanpa sepengetahuan kita? Menyebalkan bukan? Hal itulah yang terjadi pada seorang kawan yang seorang pegiat video. Ia kaget sebab videonya digunakan oleh stasiun televisi untuk sebuah tayangan. Tidak hanya itu, yang lebih menyedihkan adalah video tersebut diakui sebagai milik si pencuri video tersebut dengan sebuah watermark.

Setelah komplain di sosial media, akhirnya Wapemred stasiun televisi yang mencuri video itu mau menemui kawan saya. Berikutnya entah kesepakatan apa yang terjadi. Ada pelajaran penting yang bisa dipetik dari kejadian ini. Ya inilah perihal copyright atau hak cipta video. Lantas bagaimana agar video kita aman dari sang pencuri?

Sebetulnya tidak ada hal yang bisa menjamin seratus persen sebuah karya audio visual aman dari si pencomot. Yang bisa dilakukan oleh kreator adalah bagaimana meminimalisir video tersebut jatuh ke tangan yang tidak berhak tadi.

Berikut merupakan beberapa cara untuk menjaga video kita setidaknya tidak serampangan digunakan tanpa izin si pemilik.copy.jpg

sumber: insticc.org

Saat kita membuat video tentu salah satu hal yang mesti kita pastikan adalah untuk siapa video itu dibuat. Apakah video itu dibuat untuk bisa tersebar ditonton banyak orang? Atau malah sebaliknya, jangan sampai video itu dilihat oleh publik. Kenapa hal ini penting? Sebab bagaimana kita menjaga video tersebut juga menjadi salah satu hal penting.

Watermark

Ini merupakan teknik paling mudah yakni video diberi gambar watermark. Tehnik visible watermark, video disisipi tanda berupa gambar atau tulisan berwarna putih dengan transparan. Dengan cara ini video secara jelas akan ketahuan milik siapa. Hanya ini tentu saja akan sedikit menganggu yang melihat video tersebut. Simple dan gratis, sebab tidak memerlukan software khusus. Kelemahannya, selain mengganggu watermark ini tidak bisa dihilangkan terutama jika watremark ditempatkan pada area yang sulit dicropping.

Namun ada juga jenis watermark yang invisible, ia tidak kelihatan secara kasat mata namun bisa menandai video tersebut dengan logo atau text. Hanya saja untuk menggunakan invisible watermark ini memerlukan software khusus. Salah satunya yakni Digimarc Guardian, ia bisa memproteksi video yang dimaksud. Dengan software ini video bisa “dikunci” sehingga hanya bisa dilihat dengan enkripsi melalui software tersebut.

Proteksi Plugins

Inilah proteksi video yang sesungguhnya. Bahkan dengan Digital Rights Management (DRM) misalnya, video bisa distetting sedemikian rupa untuk hanya ditonton pada periode waktu tertentu. Lantas untuk apa sebetulnya proteksi video seperti ini? Tentu untuk video yang kebutuhannya bagi kalangan terbatas. Misalnya video marketing tool perusahaan yang diperuntukan bagi kalangan karyawan saja.

Video Password

File video bisa dibuatkan passwordnya. Fasilitas password untuk memproteksi file video ini ada di platform pendukung hosting dan marketing. Jadi, individu atau group yang mendapat otoritas pada video tersebutlah yang bisa mengakses. Hal ini dilakukan baik pada satu video atau berupa play list yang memuat beberapa video.

Area Domain

Nah video yang ada pada web tertentu juga bisa diproteksi, bisa dikontrol apakah misalnya video tersebut bisa dishare atau diplay kembali. Ya dengan domain restriction ini cocok untuk website yang hendak memuat video dengan kontrol penuh.

Penjadwalan

Kadang ada video yang hendak kita pertontonkan dalam kurun waktu tertentu. Dengan scheduled delivery, maka video bisa diunggah kemudian diajdwalkan penayangannya dalam kurun waktu tertentu. Video yang dikirim bersamaan dengan kode akses dimana kode tersebut ada tenggat waktunya.

IP Address

Hampir sama dengan domain, namun restriction IP Address ini memang dibuat untuk lingkungan tertentu misalnya perusahaan dan kampus. Jadi video hanya bisa diputar pada komputer dengan IP Address yang telah ditentukan. Video yang hanya bisa dibuka di IP Address tertentu ini biasanya merupakan video yang bersifat internal, misalnya untuk keperluan training.

Masih ada beberapa lagi bagaimana agar video bisa diproteksi sedemikian rupa yang intinya video tersebut hanya digunakan oleh orang yang kita inginkan saja.

Perihal Hak Cipta

Sedangkan kasus pencurian video seperti di awal artikel ini sebetulnya agak lain. Seorang teman memang sengaja mengunggah video tersebut melalui platform YouTube. Ia memang tidak memproteksi video tersebut karena memang sengaja untuk bisa ditonton publik.

Namun nyatanya ada yang memanfaatkan video tersebut untuk keperluan komersial. Dalam hal ini sebuah stasiun televisi mengambil video tersebut tanpa izin pada si pembuat. Bahkan tanpa malu ia mencantumkan watermark yang seolah video tersebut merupakan property si media pencuri tadi.

Tentu hal itu salah sebab artinya ia telah melanggar hak cipta, sesuatu hal yang sebetulnya sudah lama namun masih banyak tidak disadari oleh masyarakat kita. Kebiasaan mengambil dan menggunakan video orang lain tanpa izin masih saja menjadi kebiasaan. Dan celakanya hal itu dilakukan pula oleh stasiun televisi, tanpa malu mengambil video hasil karya kreator.